Manajemen Strategis Dalam Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah

(Studi Kasus Di Kabupaten Tangerang)

Penulis: Teuku Saiful Bahri
Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Program Studi Magister Administrasi Publik
Bidang Konsentrasi: Kebijakan Publik

Ringkasan:

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah secara luas dan konsekwen sesuai dengan jiwa dan semangat Undang-undang No. 22 Tahun 1999, maka dibutuhkan kesiapan birokrasi pemerintah daerah baik dari segi struktural, proses maupun sumber daya manusianya. Pengerahan dan pemanfaatan potensi dan sumber daya yang dimiliki daerah menjadi mutlak diperlukan. Salah satu sektor strategis yang banyak terbukti mampu bertahan selama masa krisis ekonomi moneter yaitu sektor pariwisata. Untuk itu tema serta fokus penelitian ini pada pendalaman penerapan stratejik manajemen pada sektor pariwisata di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi, kendala dan strategi yang tepat bagi pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Tangerang, dengan menggunakan analisa manajemen strategis.

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskripsi kualitatif dengan metode analisa manajemen stratejik dan teknik analisa matriks SWOT (Strength Weakness Opputunity Threats Analysis) untuk menemukan isu utama dan strategi yang tepat bagi pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Tangerang.

Dari hasil analisa ditemukan bahwa terdapat 15 obyek wisata alam di Kabupaten Tangerang yang belum digarap secara optimal, terdapat dualisme arah pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata yang kinerja masih rendah dan Para Pengembang Skala Besar yang dikelola secara profesional dan moderen. Beberapa sumber daya berupa atraksi wisata kesenian dan produk kerajinan bambu belum digarap pula secara maksimal.

Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah reformasi kinerja Dinas Pariwisata sebagai motor dari pihak birokrasi pemerintah untuk mengkoordinir aktivitas serta program pariwisata yang ada, sehingga arah pengembangan pariwisata menjadi semakin jelas dan berdaya guna. Pelibatan pihak lain seperti para pengembang besar dan investor lainnya dalam industri pariwisata ini. Membuka partisipasi masyarakat dalam aktivitas pariwisata dan perhatian pada nilai yang hidup dan berlaku di masyarakat. Pengadaan sarana yang belum ada pada rantai nilai (value chain) seperti toko cinderamata, dan peningkatan sarana fisik serta sumber daya manusia yang bekerja di sektor pariwisata ini.